Kamis, 24 Januari 2013

Ubi Alabio: Komoditas Rawa Lebak




Ubi Alabio  :  Potensial Menjadi Komoditas Ekspor 

Ubi  Alabio (Dioscorea alata, L) adalah sejenis umbi-umbian yang  sudah lama dikenal sebagai tanaman pangan yang di Pulau Jawa disebut dengan uwi atau huwi. Ubi alabio oleh masyarakat Kalimantan Barat disebut juga dengan Kribang. Ubi alabio dibudidayakan cukup luas di lahan rawa lebak yaitu wilayah yang  dicirikan oleh genangan 50 cm sampai > 2 m dengan lama genangan 3-6 bulan. Komoditas ini sekarang banyak diminati petani, khususnya di Kalimantan Barat karena permintaan eksporter dari Malaysia dan Singapore dengan harga cukup baik.   Nama Alabio sendiri diambil dari nama salah satu daerah di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang sering diplesetkan dengan kalimat satir  I love you.   

Sejarahnya masuknya ubi alabio ini dan kapan mulai dibudidayakan belum diketahui secara pasti. Namun dapat dipastikan, keberadaan ubi alabio  sekarang adalah merupakan warisan secara turun temurun dari masyarakat generasi jauh sebelumnya di lahan rawa lebak. Boleh jadi masuknya ubi alabio bersamaan dengan mulai dibukanya rawa untuk budidaya pertanian yang tercatat dimulai pada abad  ke 13, yaitu pada era Kerajaan Majapahit. Raja Prabu Jaya sebagai keturunan Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit pada zamannya dicatat telah mengadakan ekspansi dengan pembukaan lahan rawa gambut untuk pemukiman dan pertanian di daerah aliran Sungai Pawan, Kalimantan Barat.  

Budidaya ubi alabio di lahan rawa sangat unik terkait dengan keunikan agroekosistem rawa lebak  baik lebak dangkal dan tengahan dengan sistem monokultur atau dengan sistem tumpangsari.  Ubi alabio di lahan rawa lebak pada musim hujan yang biasanya tergenang, ditanam dengan sistem surjan atau galangan yang ditumpang sari dengan padi, sedang pada musim kemarau ditanam secara monokultur dengan hamparan.  Padi ditanan pada bagiaan bawah surjan, sedang uwi ditaanam di atas surjannya. Kadang-kadang uwi ditanam bersama-sama dengan tanaman sayur disela-sela antara tanaman uwi seperti cabai, tomat, terung, jagung dan kacang panjang.

Ubi Alabio di  Rawa Lebak
Kelompok (genus) Dioscorea sebetulnya cukup banyak terdiri sekitar 600 spisies, diantaranya 50- 60 spisies yang dibudidayakan dan telah dimanfaatkan sebagai tanaman pangan dan obat.   Hasil eksplorasi di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur menunjukkan terdapat 13 macam varian ubi Dioscorea alata.L.  yaitu : uwi kelopo, uwi bangkulit, uwi ireng,  uwi alas, uwi kletet, uwi randi, uwi layer, uwi senggrani, uwi  bangkong, uwi putih, uwi gantung, uwi ndoro, dan  uwi dursono  (Trimanto,2012).  Sementara di Kalimantan Selatan juga dibemukan banyak jenis yang dapat dibedakan bentuk, warna dan rasa terdapat beberapa varietas komoditas ini antra lain seperti uwi Nyiur, uwi Jawa, uwi Cina, uwi habang harum, uwi kesumba atau jaranang uwi tongkat atau tiang, uwi ketan atau tongkol.  Khusus di lahan rawa lebak  Kalimantan Selatan dikenal beberapa varietas lokal antara lain ubi alabio, diantaranya ubi alabio putih, ungu dan ungu carang. Selain untuk pangan segar, ubi alabio juga dapat dijadikan bahan industry pati dan alcohol terakhir diduga mempunyai nilai karoten tinggi sehingga  dapat menjadi bahan biofarmaka.

Karakteristik Agronomi Ubi Alabio
Ubi alabio tumbuh merambat termasuk tanaman perdu. Tinggi tanaman pada umur 2 bulan rata-rata 203,4 cm.  Menjelang panen 4-6 bulan merambat dapat mencapai 3,0 sampai 10 meter.  Jumlah cabang rata-rata 16  jumlah umbi rata-rata 1 buah/cabang, bentuk umbi bundar, panjang umbi rata-rata 20,7 cm. Pemupukan dapat menambah panjang dan besar umbi, misalnya pada ubi alabio putih dengan pemupukan, panjang umbi meningkat mencapai kisaran 20 sampai dengan 28 cm. Diameter umbi mempunyai kisaran antara 6,2-7,6 cm dan lingkar keliling umbi rata-rata 31,8 cm. Berat umbi antara 0,5  sampai 1,3 kg dengan rata rata 0,9 kg. 

Kandungan Gizi
Ubi alabio mengandung selain karbohidrat, juga protein, lemak dan vitamin-vitamin penting bagi kesehatan.  Kandungan protein dari ubi alabio antara 5,5- 14,0 %, dengan rata rata  9,0 % lebih besar dibadingkan dengan ubi jalar.  Kandungan protein, lemak dan dan serat dari ubi alabio lebih tinggi dibandingkan umbi-umbi lain Tabel 1.

Tabel 1. Nilai komposisi gizi ubi alabio, buka kayu, ubi jalar dan kentang
No.
Kandungan

Nilai  kandungan gizi

Ubi Alabio
Ubi kayu
Ubi jalar
Kentang
1
Air (%)
13-16,4
62
57-68
77
2
Lemak (%)
1,0-2,0
0,0
0,7
0,1
3
Protein (%)
5,5-14,0
0,7
1,8
2,0
4
Kabohidrat (%)
55,9-68,4
35
19-27
19
5
Abu (%)
2,3-6,5
0,8
1,0
0,8
6
Serat kasar (%)
5,5-9,6
0,8
1,0
1,0







Sumber : BIP  dalam Noor  (1997)

Potensi Produksi & Ekspor 
Potensi produksi ubi alabio di lahan rawa lebak masih tergolong rendah karena umumnya petani tidak menerapkan pemupukan yang cukup dan tepat,perawatan, dan  teknik budidaya yang baik. Hasil penelitiian menunjukkan sumbangan ubi alabio dapat mencapai antara 31-39% dari total pendapatan usaha tani di lahan rawa lebak. Produktivitas ubi alabio sendiri antara 30-40 ton umbi segar per hektar yang tidak kalah dengan ubi jalar. Berdasarkan informasi petani di Kalimantan Barat permintaan ubi alabio atau kripang untuk pangsa ekspor Malaysia dan Singapure belum dapat dipenuhi seluruhnya sehingga peluang untuk perluasan ataupun peningkatan produksi karena pasar sudah tersedia .  Harga sekarang di tingkat petani di Kalimantan Barat sekitar Rp. 8.000,0/kg harga ini jauh dibandingkan umbi-umbi lainnya hanya sekitar Rp. 4.000-5.000 ribu/kg. Apabila tingkat produktivitas dapat dicapai 20 ton/ha maka penerimaan petani dapat mencapai Rp. 160 juta per hektar/musim dengan dipotong upah Rp.15-25 juta (265 HOK) maka pendapatan petani dapat mencapai Rp.135-145 juta. Namun apabila para petani menanamnya hanya di guludan (surjan) produktivitasnya hanya 1,6-3,5 ton/ha maka penerimaan dari ubi alabio mencapai Rp. 12,8-28,0 juta, diluar penerimaan padi dan sayur-sayuran.
________________________________
Penulis : Muhammad Noor, Dakhyar Nazemi dan Muhammad Saleh masing-masing Peneliti Utama bidang Kesuburan dan Biologi Tanah, Peneliti Madya bidang Agronomi, dan  Bidang Genetika dan Pemuliaan Tanaman pada Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa

1 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites