Rawa

sungai Antasan Kuin, Kalimantan Selatan

Budidaya Kelapa Sawit Di Lahan Gambut

Pengembangan kelapa sawit sangat pesat termasuk di lahan gambut yang menjadi primadona

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 24 Januari 2013

Ubi Alabio: Komoditas Rawa Lebak




Ubi Alabio  :  Potensial Menjadi Komoditas Ekspor 

Ubi  Alabio (Dioscorea alata, L) adalah sejenis umbi-umbian yang  sudah lama dikenal sebagai tanaman pangan yang di Pulau Jawa disebut dengan uwi atau huwi. Ubi alabio oleh masyarakat Kalimantan Barat disebut juga dengan Kribang. Ubi alabio dibudidayakan cukup luas di lahan rawa lebak yaitu wilayah yang  dicirikan oleh genangan 50 cm sampai > 2 m dengan lama genangan 3-6 bulan. Komoditas ini sekarang banyak diminati petani, khususnya di Kalimantan Barat karena permintaan eksporter dari Malaysia dan Singapore dengan harga cukup baik.   Nama Alabio sendiri diambil dari nama salah satu daerah di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang sering diplesetkan dengan kalimat satir  I love you.   

Sejarahnya masuknya ubi alabio ini dan kapan mulai dibudidayakan belum diketahui secara pasti. Namun dapat dipastikan, keberadaan ubi alabio  sekarang adalah merupakan warisan secara turun temurun dari masyarakat generasi jauh sebelumnya di lahan rawa lebak. Boleh jadi masuknya ubi alabio bersamaan dengan mulai dibukanya rawa untuk budidaya pertanian yang tercatat dimulai pada abad  ke 13, yaitu pada era Kerajaan Majapahit. Raja Prabu Jaya sebagai keturunan Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit pada zamannya dicatat telah mengadakan ekspansi dengan pembukaan lahan rawa gambut untuk pemukiman dan pertanian di daerah aliran Sungai Pawan, Kalimantan Barat.  

Budidaya ubi alabio di lahan rawa sangat unik terkait dengan keunikan agroekosistem rawa lebak  baik lebak dangkal dan tengahan dengan sistem monokultur atau dengan sistem tumpangsari.  Ubi alabio di lahan rawa lebak pada musim hujan yang biasanya tergenang, ditanam dengan sistem surjan atau galangan yang ditumpang sari dengan padi, sedang pada musim kemarau ditanam secara monokultur dengan hamparan.  Padi ditanan pada bagiaan bawah surjan, sedang uwi ditaanam di atas surjannya. Kadang-kadang uwi ditanam bersama-sama dengan tanaman sayur disela-sela antara tanaman uwi seperti cabai, tomat, terung, jagung dan kacang panjang.

Ubi Alabio di  Rawa Lebak
Kelompok (genus) Dioscorea sebetulnya cukup banyak terdiri sekitar 600 spisies, diantaranya 50- 60 spisies yang dibudidayakan dan telah dimanfaatkan sebagai tanaman pangan dan obat.   Hasil eksplorasi di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur menunjukkan terdapat 13 macam varian ubi Dioscorea alata.L.  yaitu : uwi kelopo, uwi bangkulit, uwi ireng,  uwi alas, uwi kletet, uwi randi, uwi layer, uwi senggrani, uwi  bangkong, uwi putih, uwi gantung, uwi ndoro, dan  uwi dursono  (Trimanto,2012).  Sementara di Kalimantan Selatan juga dibemukan banyak jenis yang dapat dibedakan bentuk, warna dan rasa terdapat beberapa varietas komoditas ini antra lain seperti uwi Nyiur, uwi Jawa, uwi Cina, uwi habang harum, uwi kesumba atau jaranang uwi tongkat atau tiang, uwi ketan atau tongkol.  Khusus di lahan rawa lebak  Kalimantan Selatan dikenal beberapa varietas lokal antara lain ubi alabio, diantaranya ubi alabio putih, ungu dan ungu carang. Selain untuk pangan segar, ubi alabio juga dapat dijadikan bahan industry pati dan alcohol terakhir diduga mempunyai nilai karoten tinggi sehingga  dapat menjadi bahan biofarmaka.

Karakteristik Agronomi Ubi Alabio
Ubi alabio tumbuh merambat termasuk tanaman perdu. Tinggi tanaman pada umur 2 bulan rata-rata 203,4 cm.  Menjelang panen 4-6 bulan merambat dapat mencapai 3,0 sampai 10 meter.  Jumlah cabang rata-rata 16  jumlah umbi rata-rata 1 buah/cabang, bentuk umbi bundar, panjang umbi rata-rata 20,7 cm. Pemupukan dapat menambah panjang dan besar umbi, misalnya pada ubi alabio putih dengan pemupukan, panjang umbi meningkat mencapai kisaran 20 sampai dengan 28 cm. Diameter umbi mempunyai kisaran antara 6,2-7,6 cm dan lingkar keliling umbi rata-rata 31,8 cm. Berat umbi antara 0,5  sampai 1,3 kg dengan rata rata 0,9 kg. 

Kandungan Gizi
Ubi alabio mengandung selain karbohidrat, juga protein, lemak dan vitamin-vitamin penting bagi kesehatan.  Kandungan protein dari ubi alabio antara 5,5- 14,0 %, dengan rata rata  9,0 % lebih besar dibadingkan dengan ubi jalar.  Kandungan protein, lemak dan dan serat dari ubi alabio lebih tinggi dibandingkan umbi-umbi lain Tabel 1.

Tabel 1. Nilai komposisi gizi ubi alabio, buka kayu, ubi jalar dan kentang
No.
Kandungan

Nilai  kandungan gizi

Ubi Alabio
Ubi kayu
Ubi jalar
Kentang
1
Air (%)
13-16,4
62
57-68
77
2
Lemak (%)
1,0-2,0
0,0
0,7
0,1
3
Protein (%)
5,5-14,0
0,7
1,8
2,0
4
Kabohidrat (%)
55,9-68,4
35
19-27
19
5
Abu (%)
2,3-6,5
0,8
1,0
0,8
6
Serat kasar (%)
5,5-9,6
0,8
1,0
1,0







Sumber : BIP  dalam Noor  (1997)

Potensi Produksi & Ekspor 
Potensi produksi ubi alabio di lahan rawa lebak masih tergolong rendah karena umumnya petani tidak menerapkan pemupukan yang cukup dan tepat,perawatan, dan  teknik budidaya yang baik. Hasil penelitiian menunjukkan sumbangan ubi alabio dapat mencapai antara 31-39% dari total pendapatan usaha tani di lahan rawa lebak. Produktivitas ubi alabio sendiri antara 30-40 ton umbi segar per hektar yang tidak kalah dengan ubi jalar. Berdasarkan informasi petani di Kalimantan Barat permintaan ubi alabio atau kripang untuk pangsa ekspor Malaysia dan Singapure belum dapat dipenuhi seluruhnya sehingga peluang untuk perluasan ataupun peningkatan produksi karena pasar sudah tersedia .  Harga sekarang di tingkat petani di Kalimantan Barat sekitar Rp. 8.000,0/kg harga ini jauh dibandingkan umbi-umbi lainnya hanya sekitar Rp. 4.000-5.000 ribu/kg. Apabila tingkat produktivitas dapat dicapai 20 ton/ha maka penerimaan petani dapat mencapai Rp. 160 juta per hektar/musim dengan dipotong upah Rp.15-25 juta (265 HOK) maka pendapatan petani dapat mencapai Rp.135-145 juta. Namun apabila para petani menanamnya hanya di guludan (surjan) produktivitasnya hanya 1,6-3,5 ton/ha maka penerimaan dari ubi alabio mencapai Rp. 12,8-28,0 juta, diluar penerimaan padi dan sayur-sayuran.
________________________________
Penulis : Muhammad Noor, Dakhyar Nazemi dan Muhammad Saleh masing-masing Peneliti Utama bidang Kesuburan dan Biologi Tanah, Peneliti Madya bidang Agronomi, dan  Bidang Genetika dan Pemuliaan Tanaman pada Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa

Kamis, 03 Januari 2013

Optimalisasi Lahan Rawa




RAPAT EVALUASI
PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA TAHUNAN, Samarinda, 28-29 November 2012


Dalam kesempatan Rapat Evalausi Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahunan, DInas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur mengundang bebrapa pakar pertanian untuk menyampaikan materi khusus. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA) mendapatkan kehormatan untuk menyampaikan tentang “Optimalisasi Lahan Rawa” yang diwakili Dr. Ir. Muhammad Noor, MS. Rapat Evaluasi diselenggarakan  pada :

Hari/tanggal              :   Rabu-Kamis,  28-29 November 2012
Tempat                      :   Ruang Aula Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur         
                                       Samarinda
Materi                         :  Analisis Potensi Sumber Daya Lahan Rawa; 
                                       Strategi Pengembangan Mendukung Ketahanan Pangan;  
                                       Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa Untuk Tanaman Padi.

Rapat Evaluasi dibuka oleh Gubernur Kalimantan TImur -  Prof. Dr. H. Awang Farouq dan ditutup oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan TImur - Ir. H. Berahim, MS. Rapat Evaluasi dihadiri oleh Camat dan Staf serta Kepala-kepala Dinas Pertanian Kabupaten Seluruh Kalimantan Timur.  Rapat di atas dikhadir sekitar 150 orang dengan nara sumber dari Universitas Mulawarman, BPS Provinsi Kaltim, BMKG Provinsi Kaltim, LSM dan jajaran Pemerintah/Muspida Kalimantan Timur.  


Survei Rawa Areal PT DKCP, KAB HSS, Kalimantan Selatan











SURVEI KONDISI TANAH, PIRIT DAN GAMBUT UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT  PT. DAYA KARSA CIPTA PERSADA, KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN,  KALIMANTAN SELATAN

PENGANTAR

Survei Kondisi Tanah, Pirit dan Gambut  untuk Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit ini dilaksanakan  oleh Tim Survei BALITTRA berturut-turut pada tanggal 19-22 Oktober 2011 dan 18-22 November 2011 meliputi luas sekitar 10.000 hektar pada Kecamatan Danau Panggang, Daha Selatan dan Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.  Secara rinci laporan survei ini terdiri atas Bab  I. PENDAHULUAN  yang mengemukakan tentang   latar belakang, tujuan; dan keluaran;  Bab II.  METODOLOGI SURVEI mengemukakan tahap persiapan, kegiatan lapangan, analisis pengolahan data,  pembuatan peta dan laporan akhir; BAB III.  KONDISI UMUM WILAYAH mengemukakan batas wilayah survei, topografiwilayah dan tutupan, dan tipologi lahan wilayah; Bab IV.  KONDISI  PIRIT TANAH DAN GAMBUT yang mengemukakan sebaran  kedalaman pirit  dan ketebalan Gambut; Bab V    KLASIFIKASI  TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN yang menguraikan klasifikasi tanah dan kesesuaian lahan; dan Bab VI  KESIMPULAN DAN SARAN.  


RINGKASAN HASIL SURVEI

Kondisi wilayah survei mempunyai topografi datar dan jenis tutupan vegetasi semak belukar yang  terdiri dari galam (Melaleuca leucadendron), purun tikus (Eleocharis dulcis), paku-pakuan, rotan, sebagian kecil kebun masyarakat, dan tempat pengembalaan kerbau rawa. Berdasarkan tipologi lahan rawa, wilayah survei terdiri atas (1) lahan potensial 2.045 ha (20,34 % dari wilayah survei);  (2) lahan gambut 2.398 ha (23,85%); dan (3) lahan sulfat masam 5.611 ha (55,81.%). Luas wilayah survei keseluruhan 10.054 ha.
Berdasarkan kedalaman pirit, wilayah survei yang masuk kategori (1) berpirit dangkal tidak ada, (2) berpirit sedang meliputi 2.311 ha (22,99%), (3) berpirit dalam meliputi 7.742 ha (77,01%). Berdasarkan ketebalan gambutnya, wilayah yang masuk lahan gambut 2.726 ha (27,11% wilayah survei)  terdiri atas (1)  gambut dangkal 1.219 ha (12,12%) dan (2) gambut sedang 1.507 ha (14,99 %). Berdasarkan jenis tanah, wilayah survei didominasi  Typic Endoaquent dan Typic Endoaquep masing-masing  seluas  2.800 ha (27,85%) dan 3.569 ha (35,50%). Namun terdapat jenis tanah Sulfaquept dengan kedalaman pirit 25-60 cm seluas 983 ha yang disarankan untuk tidak ditanami atau dijadikan wilayah konservasi sebagai jalur hijau.
Berdasarkan evaluasi dari wilayah survei 10.054 ha yang tergolong tidak sesuai sekitar 855 ha termasuk jenis tanah sulfat masam aktual (Typic Sulfaquept) yang sebaiknya dijadikan kawasan konservasi atau jalur hijau  sehingga pada prinsifnya terdapat sekitar 9.000 ha (90%) wilayah survei cocok untuk pengembangan kelapa sawit.  Kendala dalam pengembangan kelapa sawit di wilayah survei ini antara lain lapisan pirit, gambut mentah, genangan/banjir pada musim hujan, dan kekeringan pada musim kemarau.

Pengenalan Lahan Rawa






PELATIHAN SEHARI “PT. JAYA AGRO WATTIE GROUP”
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik lahan rawa dan kendala pemanfaatannya untuk pengembangan kelapa sawit dan karet telah diadakan “Pelatihan Seharu”  yang diselenggarakan  pada :
Hari/tanggal              :   Rabu,  28 November 2012
Tempat                      :   Kebun  PT. Jaya Agro Wattiendo, Wanaraya Kabupaten Barito,
   Kalimantan Selatan 

Materi                      :   Karakteristik  Lahan Rawa; Kendala  Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa; Pertumbuhan Kelapa Sawit di Lahan Rawa; Pertumbuhan Karet di Lahan Rawa; dan Pengelolaan Lahan Rawa  ke  Depan
Nara sumber            :   Dr. Ir. Muhammad Noor, MS.       
Pelatihan diikuti oleh para manager dan staf kebun yang tergabung dalam PT. Jaya Agro Wattie yang terdiri dari sekitar 10 kebun tersebar di provinsi Kalimantan Selatan antara lain di Kabupaten Kotabaru, Barito Kuala, Tanah Laut, dan Banjar 

Pengembangan Kelapa Sawit di Lahan Rawa






PELATIHAN “PT. KHARISMA ALAM PERSADA”
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik lahan rawa dan kendala pemanfaatannya untuk pengembangan kelapa sawit  telah diadakan “Pelatihan”  yang diselenggarakan  oleh PT KAP pada :
Hari/tanggal              :  Rabu,  9-10 Maret 2012
Tempat           :  Kebun  PT. Kharisma Alam Persada, Margasari, Kabupaten
  Tapin, Kalimantan Selatan 

Materi                         : Terdiri atas 6 (enam) Bab
                                                        1.    Pendahuluan
                                                        2.    Karakteristik lahan Rawa
                                                        3.    Kendala Kelapa Sawit di Lahan Rawa
                                                        4.    Pertumbuhan Kelapa Sawit di Lahan Rawa
                                                        5.    Pengelolaan Lahan Rawa untuk Kelapa Sawit
                                                        6.    Penutup

Nara sumber           :  Dr. Ir. Muhammad Noor, MS.       
Pelatihan diikuti oleh para manager dan staf kebun PT. Kharisma Alam Persada yang merupakan salah satu anak dari Perusahaan Perkebunan PT. Amara Plantation Group.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites