Ubi
Alabio : Potensial Menjadi Komoditas Ekspor
Ubi Alabio (Dioscorea
alata, L) adalah sejenis umbi-umbian yang sudah lama dikenal sebagai tanaman pangan yang
di Pulau Jawa disebut dengan uwi atau huwi. Ubi alabio oleh masyarakat Kalimantan
Barat disebut juga dengan Kribang. Ubi alabio dibudidayakan cukup luas di lahan
rawa lebak yaitu wilayah yang dicirikan
oleh genangan 50 cm sampai > 2 m dengan lama genangan 3-6 bulan. Komoditas
ini sekarang banyak diminati petani, khususnya di Kalimantan Barat karena
permintaan eksporter dari Malaysia dan Singapore dengan harga cukup baik. Nama Alabio
sendiri diambil dari nama salah satu daerah di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang
sering diplesetkan dengan kalimat
satir I love you.
Sejarahnya
masuknya ubi alabio ini dan kapan mulai dibudidayakan belum diketahui secara
pasti. Namun dapat dipastikan, keberadaan ubi alabio sekarang adalah merupakan warisan secara turun
temurun dari masyarakat generasi jauh sebelumnya di lahan rawa lebak. Boleh
jadi masuknya ubi alabio bersamaan dengan mulai dibukanya rawa untuk budidaya
pertanian yang tercatat dimulai pada abad
ke 13, yaitu pada era Kerajaan Majapahit. Raja Prabu Jaya sebagai
keturunan Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit pada zamannya dicatat telah
mengadakan ekspansi dengan pembukaan lahan rawa gambut untuk pemukiman dan
pertanian di daerah aliran Sungai Pawan, Kalimantan Barat.
Budidaya
ubi alabio di lahan rawa sangat unik terkait dengan keunikan agroekosistem rawa
lebak baik lebak dangkal dan tengahan dengan sistem monokultur atau dengan sistem
tumpangsari. Ubi alabio di lahan
rawa lebak pada musim hujan yang biasanya tergenang, ditanam dengan sistem
surjan atau galangan yang ditumpang sari dengan padi, sedang pada musim kemarau
ditanam secara monokultur dengan hamparan.
Padi ditanan pada bagiaan bawah surjan, sedang uwi ditaanam di atas
surjannya. Kadang-kadang uwi ditanam bersama-sama dengan tanaman sayur
disela-sela antara tanaman uwi seperti cabai, tomat, terung, jagung dan kacang
panjang.
Ubi Alabio di Rawa Lebak
Kelompok
(genus) Dioscorea sebetulnya cukup banyak terdiri sekitar
600 spisies, diantaranya 50- 60 spisies yang dibudidayakan dan telah dimanfaatkan sebagai tanaman
pangan dan obat. Hasil eksplorasi
di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur menunjukkan terdapat 13 macam
varian ubi
Dioscorea alata.L. yaitu : uwi kelopo, uwi
bangkulit, uwi ireng, uwi alas, uwi
kletet, uwi randi, uwi layer, uwi senggrani, uwi bangkong, uwi putih, uwi gantung, uwi ndoro, dan uwi dursono (Trimanto,2012). Sementara di Kalimantan Selatan juga
dibemukan banyak jenis yang dapat dibedakan bentuk, warna dan rasa terdapat beberapa varietas komoditas
ini antra lain seperti uwi Nyiur, uwi Jawa, uwi Cina, uwi habang harum,
uwi kesumba atau jaranang uwi tongkat atau tiang, uwi ketan atau tongkol. Khusus di lahan rawa lebak Kalimantan Selatan
dikenal beberapa varietas lokal antara lain ubi alabio, diantaranya ubi alabio putih, ungu
dan ungu carang. Selain
untuk pangan segar, ubi alabio juga dapat dijadikan bahan industry pati dan
alcohol terakhir diduga mempunyai nilai karoten tinggi sehingga dapat menjadi bahan biofarmaka.
Karakteristik Agronomi Ubi Alabio
Ubi alabio tumbuh merambat termasuk tanaman
perdu. Tinggi tanaman pada umur 2 bulan
rata-rata 203,4 cm. Menjelang
panen 4-6 bulan merambat dapat mencapai 3,0 sampai 10
meter. Jumlah cabang rata-rata 16 jumlah umbi rata-rata 1 buah/cabang, bentuk
umbi bundar, panjang umbi rata-rata 20,7 cm. Pemupukan dapat menambah panjang
dan besar umbi, misalnya pada ubi alabio putih dengan pemupukan, panjang umbi meningkat mencapai kisaran 20 sampai dengan 28 cm.
Diameter umbi mempunyai kisaran antara 6,2-7,6 cm dan lingkar keliling umbi
rata-rata 31,8 cm. Berat umbi antara 0,5
sampai 1,3 kg dengan rata rata 0,9 kg.
Kandungan Gizi
Ubi alabio
mengandung selain karbohidrat, juga protein, lemak dan vitamin-vitamin penting
bagi kesehatan. Kandungan protein dari ubi alabio antara 5,5- 14,0 %, dengan rata rata 9,0 %
lebih besar dibadingkan dengan ubi jalar. Kandungan protein, lemak dan dan serat
dari ubi alabio lebih tinggi dibandingkan umbi-umbi
lain Tabel 1.
Tabel 1. Nilai komposisi gizi ubi alabio,
buka kayu, ubi jalar dan kentang
No.
|
Kandungan
|
|
Nilai kandungan gizi
|
|
Ubi
Alabio
|
Ubi kayu
|
Ubi
jalar
|
Kentang
|
1
|
Air (%)
|
13-16,4
|
62
|
57-68
|
77
|
2
|
Lemak (%)
|
1,0-2,0
|
0,0
|
0,7
|
0,1
|
3
|
Protein (%)
|
5,5-14,0
|
0,7
|
1,8
|
2,0
|
4
|
Kabohidrat (%)
|
55,9-68,4
|
35
|
19-27
|
19
|
5
|
Abu (%)
|
2,3-6,5
|
0,8
|
1,0
|
0,8
|
6
|
Serat kasar (%)
|
5,5-9,6
|
0,8
|
1,0
|
1,0
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : BIP dalam Noor
(1997)
Potensi Produksi & Ekspor
Potensi
produksi ubi alabio di lahan rawa lebak masih tergolong rendah karena umumnya
petani tidak menerapkan pemupukan yang cukup dan tepat,perawatan, dan teknik budidaya yang baik. Hasil penelitiian
menunjukkan sumbangan ubi alabio dapat mencapai antara 31-39% dari total
pendapatan usaha tani di lahan rawa lebak. Produktivitas ubi alabio sendiri antara
30-40 ton umbi segar per hektar yang tidak kalah dengan ubi jalar. Berdasarkan
informasi petani di Kalimantan Barat permintaan ubi alabio atau kripang untuk
pangsa ekspor Malaysia dan Singapure belum dapat dipenuhi seluruhnya sehingga
peluang untuk perluasan ataupun peningkatan produksi karena pasar sudah
tersedia . Harga sekarang di tingkat
petani di Kalimantan Barat sekitar Rp. 8.000,0/kg harga ini jauh dibandingkan
umbi-umbi lainnya hanya sekitar Rp. 4.000-5.000 ribu/kg. Apabila tingkat
produktivitas dapat dicapai 20 ton/ha maka penerimaan petani dapat mencapai Rp.
160 juta per hektar/musim dengan dipotong upah Rp.15-25 juta (265 HOK) maka pendapatan
petani dapat mencapai Rp.135-145 juta. Namun apabila para petani menanamnya
hanya di guludan (surjan) produktivitasnya hanya 1,6-3,5 ton/ha maka penerimaan
dari ubi alabio mencapai Rp. 12,8-28,0 juta, diluar penerimaan padi dan
sayur-sayuran.
________________________________
Penulis : Muhammad Noor, Dakhyar Nazemi dan
Muhammad Saleh masing-masing Peneliti Utama bidang Kesuburan dan Biologi Tanah,
Peneliti Madya bidang Agronomi, dan Bidang Genetika dan Pemuliaan Tanaman pada Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa